Sarikat Islam (SI, 1912)


Oleh: Ahmad Ali A. Dkk

Kisaran akhir abad ke 19, hindia belanda dilanda suatu fenomena bernama liberalisasi ekonomi. Fenomena ini berjalan bersamaan dengan revolusi industri di inggris yang berimplikasi pada pengakuan kepemilikan perseorangan.[1] Derasnya kucuran kran liberalisasi ekonomi ini mengalir hingga membanjiri bumi hindia. Bak cendawan di musim penghujan, modal asing datang dengan curah tinggi.pabrik-pabrik dengan permodalan asing mulai merajalela.

Sebagai dampak, lahan pesawahan atau perkebunan rakyat diambil alih (melalui perangkat desa dengan coraknya yang feudal). Praktis rakyat bumiputera kehilangan factor produksi berupa tanah. Secara otomatis mereka teralienasi oleh system kapitalisme tersebut. Pasalnya, lahan garap tani diubah menjadi ladang tebu dan para petani menjadi buruh yang pada musim panen mereka bekerja di pabrik-pabrik.

Rupa-rupanya sistem model tersebut merugikan petani bumiputera. Hasil upah yang mereka dapat tak sebanding dengan hasil ketika mereka menggarap sendiri sawah-sawah mereka. Disamping itu, selain penguasaan akses perniagaan oleh bangsa eropa, bangsa cina pun turut andil dalam upaya penguasaan akses niaga.  Kebangkitan perekonomian mereka ditandai dengan semangat kebangsaan mereka yang dimotori oleh Tionghoa Hwe koan. (ahmad adam)

Semangat kalangan cina tersebut agaknya menyentil kesadaran sementara kalangan pribumi untuk tak tertinggal. Sebagaimana dikatakan Pramoedya A. Toer dalam “sang pemula”, juga ahmad adam dalam sejarah awal pers dan kebangkitan kesadaran keindonesiaan, bangsa bumiputera memberi respon diantaranya dengan berdirinya organisasi-organisasi modern yang bercorak kebangsaan. Satu diantaranya, berkenaan dengan latar ekonomi politik adalah sarekat dagang islamijah (SDI) yang didirikan di buitenzorg pada 5 april 1909 oleh pribumi dan keluarga keturunan arab semisal :

Presiden          : Syekh achmad bin Abdoerachman badjenet

Wakil               : Dokter jawa mohammad dagrim

Komisaris        : syekh Said bin Abdurachman Badjenet

Secretaris-Adviseur : RM.Tirto Adhi Soerjo

Organisasi ini didirikan juga untuk melawan upaya monopoli sebagian kalangan atas bahan baku produksi batik. Ini digambarkan oleh Tirto Adhi soerjo di laporannya di “Medan Priyayi” dengan Judul “Menonton Wayang Priyayi.” Sedikit dari kutipan itu berbunyi:

“Saudagar-saudagar kecil tidak bisa beli kain dagangan sendiri di Solo karena kain yang bisa masuk priangan sudah diikat oleh saudagar-saudagar besar.”

Dalam kutipan lain, Tirto menulis:

“Perniagaan semakin sempit, dan karena itu kita mesti ambil perniagaan yang dilakukan bangsa asing. Kita anak negri mesti bisa jadi toke sendiri….”

Kalimat-kalimat tersebut jelas menunjukkan semangat perlawanan sebuah nation atas dominasi ekonomi politik bangsa lain terhadapnya. Namun demikian, SDI tak berjalan secara mulus. Ada saja aral melintang. Perbedaan pandangan mulai terjadi antara Tirto dan kelompok Badjenet. Tirto ingin SDI berperang aktif diranah pergerakan sedangkan Badjenet CS ingin SDI hanya organ niaga saja.

Beriring masa berganti, SDI berpindah dengan sebab Tirto harus menjalani masa pembuangan oleh pemerintah kolonial. Sebelum diasingkan, ia menyerahkan SDI pada seorang juragan batik di Solo, H.Samanhoedi.

Peristiwa gesekan antara pengusaha yang kian hari kian menjadi, dan iklim politik yang semakin panas membuat Samanhoedi dan Tjokraminoto mengubah Nama SDI menjadi (Sarekat Islam). Penghapusan kata “Dagang” dimaksudkan agar organisasi tersebut memiliki cakupan yang lebih luas dan bukan terbatas pada pedagang saja.

SDI menjadi SI

SI didirikan untuk kemudian diarahkan kepada rakyat jelata. SI Berdiri di solo akhir tahun 1911 oleh H Samanhudi, dengan nama SDI (sarekat dagang islam) gerakan perdagangan berdasarkan koperasi dengan tujuan memajukan perdagangan di Indonesia di bawah panji-panji islam. Pesatnya perkembangan SI merupakan indicator bahwa selain karena dasar keislaman yang menjadi agama mayoritas di Indonesia saat itu juga organisasi ini seperti diinginkan kehadirannya oleh rakyat (kalangan pedagang, dan agamawan).

Indicator pendirian SI :

–                      Rasa kepedihan nasional karena penjajahan bangsa asing yang memeluk agama lain

–                      Perdagangan bangsa tionghoa adalah halangan untuk bangsa Indonesia (monopoli bahan-bahan batik), juga perilaku sombong bangsa tionghoa sesudah revolusi di tiongkok

–                      Agama, – kemajuan penyebaran Kristen, ucapan2 yang menghina dalam parlemen negeri belanda tentang tipisnya kepercayaan agama bangsa Indonesia

–                      Cara adat lama di beberapa kerajaan jawa yang makin lama dirasakan sebagai penghinaan.

Gerakan ini di surakarta sempat diskors karena gerakan nasionalistis-demokratis-religius-ekonomi ini di kalangan rakyat jelata berakibat timbulnya sikap permusuhan pada bangsa tionghoa: Perkelahian dengan maksud menghajar sering terjadi. Karena khawatir akan menjadi gerakan melawan pemerintahan maka residen surakarta menskors gerakan ini pada tanggal 12 agustus 1912. SI dilarang merekrut anggota baru dan mengadakan rapat. Diadakan penggeledahan di rumah-rumah, hingga tanggal 16 agustus tidak ada tanda-tanda penentangan akan pemerintah, maka skors dicabut.

SDI berubah nama menjadi SI karena perkumpulannya diperluas. SI memiliki ketentuan anggotanya tidak boleh dari pegawai negeri (khusus untuk perkumpulan rakyat).

SI kemudian membuka cabang dimana-mana dengan anggota sekurang-kurangnya 50 orang, pemerintah menginginkan anggota hanya terbatas dari penduduk surakarta saja dengan tujuan agar SI tidak menyebar ke luar daerah. Tetapi SI melakukan propaganda di Jawa timur sehingga SI berkembang pesat, karena berkembang luas, maka ditetapkan tanggal 10 september 1912 dibuatlah peraturan dasar baru di Surabaya yang isinya menetapkan kemungkinan diadakannya cabang di bawah pimpinan pengurus besar (PB).

H samanhudi adalah ketua PB yang pertama, HOS Tjokroaminoto menjadi komisaris dengan anggaran dasar baru : memajukan semangat dagang bangsa Indonesia, memajukan kecerdasan rakyat, dan hidup menurut perintah agama, menghilangkan faham-faham keliru tentang agama islam. (tanpa tujuan politik). Dalam perkembangannya, SI mengadakan beberapa kongres dengan capaian-capaian tertentu :

Kongres SI

Kongres SI 1 (26 Januari 1913)

  • Diadakan di Surabaya
  • Dipimpin Tjokroaminoto
  • Isi : SI bukan partai Politik dan tidak beraks melawan pemerintah Belanda
  • Walau begitu, islam menjadi symbol persatuan sehingga SI tersebar pesat di Jawa sebagai semangat baru mempertinggi derajat rakyat.
  • Berdiri cabang2 beranggotakan banyak (Jakarta : 12.000 orang)

Kongres SI 2

  • Diadakan Di Solo
    • ISI : SI hanya terbuka untuk bangsa Indonesia dan pegawai Pangreh Praja tidak boleh masuk menjadi anggota
    • Tujuan : agar SI tidak berubah, tetap sebagai organisasi rakyat
    • Kekuatan SI yang semakin besar membuat tidak senang belanda
    • Tanggal 30 Juni 1913 ditetapkan oleh belanda bahwa cabang-cabang harus berdiri sendiri (SI Daerah)
    • Anggaran dasar SI daerah semua sama antara lain :
  1. memajukan pertanian, perdagangan, kesehatan, pendidikan, dan pengajaran
  2. memajukan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan faham keliru tentang agama islam
  3. mempertebal rasa persaudaraan dan saling tolong menolong diantara anggotanya.
  • Sesudah terbentuk 50 SI Daerah, tahun 1915 didirikan C.S.I (central sarikat islam) di Surabaya
  • Tujuan : memajukan dan membantu SI daerah, mengadakan dan memelihara hubungan dan pekerjaan bersama

Kongres SI 3

  • 17-24 Juni 1916
  • Di Bandung
  • Dinamakan kongres SI Nasional Pertama
  • Dengan maksud menuju arah persatuan semua golongan bangsa Indonesia, dengan jalan evolusi mencapai pemerintahan sendiri sekurang-kurangnya dapat duduk di dalam pemerintahan
  • Dihadiri 80 cabang SI dengan utusan sebanyak 360.000 dari jumlah anggota seluruhnya 800.000
  • Dipimpin Tjokroaminoto
  • N.I.P (nasional Indische Partij) >Berdasar indisch Nationalism
  • ISDV (indisch sociaal democratische vereniging) berhaluan sosialisme kiri
  • Keduanya mulai melirik SI karena melihat perkembangannya yang pesat, masing2 berusaha mendapat pengaruh dalam SI
  • NIP  tidak bisa masuk SI (karena berhaluan bahwa indonesia bukan hanya tanah pribumi tetapi juga tanah peranakan belanda dan tionghoa dll)
  • ISDV berhasil masuk di SI karena dalam prakteknya haluannya hampir sama dengan SI
  • Kesamaan :
  1. SI        : menentang adat kuno dan hak-hak istimewa golongan tertentu dan menentang kedudukan tionghoa dalam perdagangan
  2. ISDV : menentang kapitalisme, berdasarkan pertentangan kelas lapisan masyarakat
  • ISDV melepas anggotanya yang masih muda dan cerdas kedalam SI. Diantaranya Semaun dan darsono (sosialis kiri)

Kongres Nasional SI 2 (Kongres SI 4)

  • Jakarta, 20-27 oktober 1917
  • Dalam kongres, Pimpinan CSI masih setuju aksi parlementer-evolusioner meskipun pembicaraan di kongres mulai berani terhadap pemerintah.
  • Setelah nyata SI bergeser ke kiri maka kongres menetapkan suatu asas, pemerintahan sendiri (zelf baastuur) sebagai tujuan perjuangan terhadap penjajahan
  • Perlu digarisbawahi bahwa prubahan pada haluan kiri bukan semata2 karena semaun dan darsono, karena harusnya perubahan itu drastis tetapi tidak semudah itu, pada dasarnya perpindahan haluan terjadi karena rasa sama dijajah bangsa asing (belanda, dan tionghoa dalam niaga)
  • Adanya kebebasan berbicara, bersidang dan berkumpul menjadi peluang pindahnya haluan

Kongres Nasional SI 3

  • Surabaya, 29 sept-6 okt 1918
  • Isi : menentang pemerintah selama tindakannya melindungi kapitalisme
  • Pegawai negeri indonesia dikatakan alat kapitalisme
  • Maka kaum buruh harus dilindungi
  • Kongres memutuskan mengorganisir kaum buruh untuk mencegah tindakan sewenang-wenang (upah kerja minim, waktu kerja dll)
  • Diputuskan juga menggerakkan semua organisasi Bangsa untuk menentang kapitalisme
  • Tahun 1919 anggota SI berjumlah 2 juta, dan ada keraguan apakah SI masih bisa bersikap damai,
  • Adanya perkara afdeeling (garut), dan propaganda abdul muis di sulawesi tengah
  • Membuat pimpinan SI memandang perlu memikirkan mencari arah aksi baru agar tidak dicap revolusioner karena kejadian2 tersebut

Kongres Nasional SI 4

  • Surabaya, 26 oktober-2 nopember 1919
  • Membicarakan serikat kerja
  • Diputuskan memusatkan semua serikat kerja
  • Ditetapkan adanya Eerste Kamer (dari dewan perwakilan rakyat sejati) yang akan memimpin perlawanan kelas-kelas.
  • Mengadakan komite penyelidik (bagi pergerakan rakyat)

Penutup

Seharusnya SI sudah berada di atas puncak kebesarannya, tetapi kemudian karena adanya masalah internal seperti banyaknya uang iuran, ditambah lagi serangan di kalangan sendiri oleh anggota2 ISDV, sesudah revolusi rusia, maka mereka menyatakan dirinya komunis, dan setelah itu anggota SI turun dengan cepat.


[1] Zainul munasichin, berebut kiri, LKis, 2005, h. 1

6 responses

  1. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah (Jasmerah) Bung Karno. Sampai sekarangpun sepertinya etnis China menguasai perekonomian Indonesia, selama mereka fair play sih tak masalah

  2. jelaskan dampak sarikat dagang islam sampai zaman sekarang!! thx sebelumnya

    1. Kalau secara komprehensif saya tak bisa menjawab langsung, karena butuh analisis lebih lanjut mengenai itu. SDI (Sarekat Dagang Islam), yang kemudian menjadi SI (Sarikat ISlam), dalam beberapa hal, dapat kita lihat pengaruhnya. Pertama, SDI, meski bukan murni sebuah organisasi Islam, dalam hal ini sebenarnya lebih mengedepankan aspek perdagangan dengan pedagang2 lokal yang mayoritas Islam, seperti di SOlo dan di Pekalongan, tetapi dalam perkembangannya, kehadirannya cukup mempengaruhi pergerakan organisasi Islam di Nusantara (bakal Indonesia). Coba cek kaitan antara tokoh SI dengan tokoh2 pentin Muhammadiyah misalnya, atau Nahdlatul Ulama (NU). Kedua, cukup sulit sebenarnya untuk membuat sebuah pemetaan pengaruh SI sampai sekarang. Kita akan dihadapkan pada apakah itu peran politik, peran sosial, peran transformasi budaya, atau peran dalam perekonomian. Pada ranah2 ini saya kira SI atau SDI punya peran yang signifikan di dalamnya. Terimakasih. Salam

  3. kemerdekaan dan keadilan (proporsionalitas) ekonomi tampaknya memang masih jauh untuk bisa dinikmati oleh bumiputra.
    perjuangan untuk itu harus tetap diupayakan, walaupun tantangan semakin berat, barat (internasional corporate / capitalist) dan tionghoa asli (rrc) semakin kuat cengkraman dan gigitannya melahap kekayaan zamrud khatulistiwa.
    tirany minority kondisi realistis yg ada bukan karena mereka yg kuat tetapi kitalah yg masih lemah.
    Mari perkuat dan bangun kualitas sumberdaya manusia bangsa ini dengan agenda yg jelas dan berkelanjutan.
    semoga Allah memampukan kita tuk terlibat dalam usaha suci itu… amin.

    1. Ke depan tentu memang semakin berat. Perdagangan bebas dan kesiapan bangunan perekonomian kita tentu menjadi PR yang mahabesar untuk dipikirkan solusi baiknya. Semoga Allah memberkati kita semua yang mau berusaha dalam kebaikan. Amin

  4. makasih infonya.
    ana lagi mempelajari tentag SI
    kalau punya yang lebih detail tentang tokoh dan pemikirannya
    kirim ke : na.azzamy@yahoo.co.id
    makasih ya

Tinggalkan komentar